Selasa, 03 November 2015

Kenapa Mapala


Mahasiswa Pecinta Alam

Sebuah gagasan yang dicetuskan pertama kali oleh Soe Hok Gie, seorang demonstran yang terkenal karena berani menentang rezim orde baru. Gie adalah tokoh yang sekarang tengah dikagumi oleh ratusan ribu mahasiswa Indonesia karena tulisan-tulisannya yang menginspirasi. 

Mungkin dimata orang yang sebelumnya tak pernah tau tentang mapala pasti menilai bahwa anggota mapala adalah orang yang slengkean dengan gaya compang camping. Bahkan ada plesetan bahwa mapala adalah singkatan dari ‘mahasiswa paling lama’ yang terkenal menjadi mahasiswa abadi di kampusnya. tapi apakah memang seperti itu? bisa iya bisa tidak, tapi sebagai orang yang bijak, tentu kita tidak boleh menilai sesuatu hanya dari covernya bukan?

Sebagai seorang mapala, mahasiswa memiliki banyak peran di kampus nya. Selain menuntut ilmu dan berorganisasi pada umumnya, seorang mapala juga dapat menyalurkan hobi berkegiatan di alam bebas dan dituntut untuk selalu bertanggung jawab terhadap nama baik organisasi dan pilihan diri sendiri. Sebab itulah banyak orang selama ini beranggapan anggota mapala banyak yang tamat tidak pada waktunya karena kesibukan dan pikiran idealisme nya. 


Lalu kenapa dari sekian banyak organisasi yang ada di kampus saya lebih memilih mapala? Saya punya alasan sendiri kenapa mapala menjadi tujuan saya. Alasan dan persepsi yang mungkin tidak semua orang sadar. Mungkin orang lain mengira saya pilih mapala karena saya suka ke pantai, saya suka naik gunung, saya suka main di sungai, dan segala kegiatan yang saya sukai berhubungan tentang alam. Memang benar, tapi itu bukan tujuan utama saya bergabung di organisasi pecinta alam.

“Aku bisa kok naik gunung tanpa harus ikut organisasi pecinta alam”
Banyak dari mereka yang tidak ikut organisasi pecinta alam mengatakan seperti itu. Memang benar, berkegiatan di alam dapat dilakukan tanpa harus ikut organisasi pecinta alam. Namun akan ada hal yang mereka lewatkan, sebuah organisasi tentu memiliki sebuah identitas, memiliki sebuah ke anggotaan yang biasanya merupakan keanggotaan seumur hidup. Ada kutipan menarik yang pernah saya baca dari tulisan salah satu pendiri Sherpa Geodesi Undip, tulisannya seperti berikut :
“Mungkin kita bisa mendaki gunung-gunung yang tinggi tanpa harus ikut organisasi pecinta alam. Tapi nanti beberapa tahun lagi atau ketika kita sudah mulai tua, kita tidak punya “Rumah” untuk pulang. Berbeda halnya dengan anggota organisasi pecinta alam yang biasanya keanggotaannya seumur hidup. Para senior bisa kembali ke organisasinya kapanpun. Di “Rumah” selalu ada sambutan hangat untuk mereka. “Rumah” tidak akan pernah kosong karena akan selalu ada anggota baru setiap tahun. Di “Rumah” kita bisa mengingat banyak hal yang telah kita lewati bersama organisasi tersebut. Semua cerita, kisah, dan kenangan manis terukir indah dalam “Rumah”. Sedangkan bagi mereka yang tidak mempunyai organisasi. Beberapa tahun lagi mereka akan kesepian. Tidak ada “Rumah” bagi mereka untuk pulang. Tidak ada basecamp yang bisa dituju. Tidak ada lagi teman untuk berpetualangan. Mereka hanya bisa duduk di rumah sambil meratapi kebanggan akan gunung-gunung tinggi yang telah didaki.”

Disini keanggotan menjadi sangat penting, menjadi sebuah anggota organisasi pecinta alam selayaknya menjadi anggota keluarga. Karena yang namanya keluarga tentu tidak memiliki batas waktu keanggotaan.

Bagi saya pribadi, sebuah organisasi pecinta alam adalah sebuah organisasi yang luar biasa. organisasi yang hidup dengan bernafaskan tanggung jawab pada pada diri setiap anggotanya, organisasi yang penuh dengan kesederhanaan namun selalu memberikan pelajaran hidup.
Sebagai seorang mapala, saya telah banyak belajar memaknai hidup. Saya lebih menghargai waktu, saya lebih menghargai makanan, saya lebih menghargai kebersamaan, saya lebih menghargai toleransi dan belajar untuk tidak menjadi orang egois yang selalu memaksakan kehendak terhadap orang lain. Saya belajar itu semua, begitu banyak pelajaran tentang hidup yang alam berikan melalui organisasi pecinta alam, yang tentu tidak saya dapatkan di organisasi lain.

Jika diibaratkan kita besi, alam adalah api, dan organisasi pecinta alam adalah seorang pandai besi. maka besi pun butuh api, butuh dipukul, butuh dibentuk, untuk menjadi sebilah pedang. Sesuai dengan tujuan organisasi pecinta alam yakni membentuk karakter serta mental yang kuat untuk setiap anggotanya. 

Salam hangat, Perhimpunan Pecinta Alam Ganesha SMAN 1 Situbondo dan Geodipa (Geodesi Pecinta Alam), Teknik Geodesi, Universitas Gadjah Mada. Terima kasih telah banyak merubah hidup saya menjadi insan yang jauh lebih baik dari sebelumnya.

Salam Lestari !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar