Jogja memang penuh dengan keunikan. Tiada bosan-bosannya
mengungkap keunikan kota ini. Orang bilang sih semua sudut kotanya adalah
tempat yang romantis. Memang, Jogja dengan segala keistimewaanya selalu dapat
membuat kebanggan tersendiri bagi seseorang yang dapat menikmatinya. Salah
satunya saya sendiri. Setelah sekitar 1 semester saya berkuliah disini, saya sangat suka memperhatikan banyak hal di
kota ini. Mulai dari budaya, kebiasaan, karakter, dan bahkan bangunannya. Namun
khusus kali ini saya ingin membahas tentang bangunannya.
Seperti yang kita ketahui bersama jogja adalah kota dengan
segala kekayaan budayanya. Dengan maraknya pembangunan dan modernisasi, kita sebagai masyarakat indonesia
tidak sepatutnya meghilangkan corak dan identitas dari budaya kita. Hal ini rupanya
sangat konsisten dilakukan di kota jogja. Lihat saja di sepanjang jalan
malioboro misalnya, banyak bangunan-bangunan yang masih dipertahankan bentuknya
dari dulu hingga sekarang. bukan orang-orangnya yang malas merenovasi, tapi hal ini rupanya sengaja dilakukan oleh dinas
pariwisata setempat untuk menjaga identitas kota jogja sebagai kota yang
bersejarah.
Menurut kakak saya yang kemarin magang di Disparbudpora
jogja, setiap tahunnya jogja mendapat kucuran dana keistimewaan dari pemerintah
pusat untuk konservasi situs-situs budaya di jogja, dan juga untuk merevitalisasi
bangunan-bangunan bersejarah yang ada di jogja. Bahkan juga ada aturan tegas yang mengatur tentang bentuk bangunan ini. jadi bagi orang yang memiliki bangunan yang telah terdata oleh pemerintah kota jogja untuk dilestarikan, maka segala sesuatu proses perubahan yang diinginkan si pemilik harus lapor dan mengantongi ijin dari Disparbudpora. Bahkan untuk mengganti warna cat pun tidak bisa sembarangan. Ribet sekali, tapi efeknya luar biasa kan bagi perkembangan kepariwisataan di jogja.
Jika kita lihat di sekitaran perempatan tugu jogja misalnya.
Banyak restoran-restoran cepat saji yang notabene merupakan produk luar namun
mau tidak mau harus mematuhi aturan tersebut. Misalnya seperti foto dibawah
ini.
Pizza hut Jogja |
Unik sekali bukan? layaknya kita melihat adanya perpaduan
antara 2 budaya yang sangat sangat kontras.
Selain itu, jika kalian pergi ke jogja. Sepintas memang
tidak ada yang keren dan megah bangunannya. bangunannya kuno. gak modern sama sekali. Contohnya saja gedung ECC UGM ini.
Perhatikan saja dari luar, sangat teramat biasa kan.
Namun lihat bagian interiornya, gimana? Bisa dinilai sendiri
lah ya.
Interior ECC UGM |
Hmm, dari gaya bangunannya saja kita semua dapat belajar
bahwa sebaiknya tidak perlu kita bagus di luar jika dalamnya masih perlu diperbaiki.
Lebih baik terlihat biasa dari luar, namun baik di dalam. Inilah yang namanya low profile men. Selalu
merendah walaupun punya kualitas. memang seperti ini karakter kebanyakan orang jawa yang saya temui. Rendah hati dan tidak sombong.
yah mungkin segitu dulu tulisan yang singkat ini. Semoga abstraksi ini dapat menginspirasi kita semua agar selalu menjadi pribadi yang rendah hati seperti karakter kota jogja.
Salam.