Sewaktu mencari kamar kos awalnya saya memang berniat untuk mencari kamar kos yang dekat dengan daerah kampus, agar bisa berhemat biaya transport. Alhamdulillah saya mendapat kamar kos yang tidak jauh dengan kampus, ya sekitar 300 meteran lah dari kampus. yaitu di daerah pogung, yang mengaku orang jogja pasti tau. Lokasinya di sebelah utara kampus kerakyatan. Disini saya merasa cukup nyaman, lingkungannya kondusif, penghuni kos yang ramah, tetangga yang welcome dan harga kosnya pun relatif terjangkau.
Sebagai perantau, wajib hukumnya saya untuk memanajemen
keuangan. Untuk uang makan, di jogja harga makanan cukup murah. Untuk sepiring
nasi, dengan lauk tempe atau tahu dengan mie dan sayur pun dapat dijangkau
dengan harga 4 ribu rupiah. Menurut pengalaman pribadi dan pengalaman teman-teman
seperjuangan itu udah cukup murah kok untuk anak kos. namun terkadang, yang
biasanya makan 3 kali sehari, sekarang hanya makan 2 kali sehari. 1 kalinya lagi
bisa dapat makanan gratis di kampus jika beruntung Hehe. Yang kedua cucian,
jika tidak terlalu sibuk cuci baju sendiri, setrikanya aja di laundry. Lumayan bisa
hemat 7 ribuan perminggu. Perlengkapan mandi juga perlu di atur penggunaannya,
yang biasanya setiap mandi dirumah main busa sabun, sekarang perlu berubah, mulai berfikir menghemat sabun, pasta gigi,
dan sebagainya.
Selain tentang manajemen kebutuhan diatas. Sebagai perantau,
terkadang bahasa juga menjadi kendala. Saya orang Situbondo, bahasa daerah saya
bahasa madura. Saya berada di jogja yang mayoritas adalah orang jawa. Otomatis saya
menjadi kelompok minoritas. Sewaktu saya bertemu dengan teman-teman satu
angkatan, saya adalah satu-satunya orang yang bisa berbahasa madura. Entah kenapa
mungkin kampus saya kurang populer bagi orang madura. Kebanyakan adalah orang
jawa lalu sisanya minang dan sunda. Memang sih masih ada bahasa indonesia,
namun saya rasa untuk bersosialisasi, terutama untuk bercanda, dan mengakrabkan
diri, penggunaan bahasa indonesia terlalu kaku jika di ucapkan kepada teman
sepantaran.
Namun itu semua bukanlah keluh kesal saya sebagai anak
rantau. Bagi saya semua itu justru suatu hal yang unik di hidup saya. Saya suka
berpetualang, saya suka hal yang baru. dan pengalaman saya menjadi seorang
perantau ini telah memberikan kesempatan bagi saya untuk belajar memahami satu
sama lain, bertoleransi, dan belajar bahwa hidup ini tidak selalu berada di
zona nyaman, ada kalanya kita harus keluar dan menatap kehidupan yang
sesungguhnya.
"main busa sabun" bahahahaha, ketahuan kenapa sabunnya cepet abis. wkwkwkwkwk
BalasHapuskenapa fokusnya ke "main busa sabun"? -.-
Hapus